Namaku vania aku hanyalah sesosok gadis yang sedang mencari
tujuan untuk apa aku berada hadir didunia ini tanpa mengerti apa itu arti
kehidupan yang orang-orang kehidupan itu keras. Aku mencoba tidak ingin
mengetahui dan tidak ingin tahu seberapa beratnya kehidupan itu.
Namun, seiring berjalannya waktu, seiring pertumbuhan ku aku
mulai mengerti dan memahami arti kehidupan.
Aku dilahirkan di keluarga yang aku bilang cukup tangguh
menjalani betapa kerasnya kehidupan ini. Ya benar, mereka adalah mamah dan
papah yang paling hebat yang aku punya♥ dua insan yang menjadi satu yang sabar
menunggu kehadiran buah cintanya dengan waktu yang tidak singkat. Dengan penuh
harap dan usaha mereka tetap mendambakan seseorang yang dapat melengkapi rumah
tangganya. See? Setelah 7tahun menunggu terwujudlah seorang anak perempuan
cantik yang ditunggu-tunggu setelah cukup lama.
Terkadang dalam diam aku merenung betapa aku tidak mengingat
keasnya usaha orangtuaku melahirkanku dulu kala. Aku anak yang mereka dambakan sekarang
hanyalah seorang anak yang bisa dibilang tidak tahu diuntung. Tidak jarang aku
membantah perkataan mereka. Tidak jarang aku membongi mereka. Bahkan yang
paling parah aku pernah membuat kesalahan bodoh dalam hidup dengan membuat
wanita yang selama ini aku anggap wanita paling kuat itu menangis. Ya, aku
membuat ibuku menangis.
Aku sadar usia mereka semakin lanjut. Aku tau semakin lama
mereka semakin rentan, mereka semakin rapuh. Terkadang saat aku berkaca tidak
sadar aku meneteskan air mata dan bertanya dalam hati apa aku sanggup hidup
tanpa mereka? Usiaku memang sudah remaja tapi aku bisa dibilang sosok yang
tidak bisa melakukan banyak hal sendirian. Aku adalah anak pertama dan saat ini
juga anak terakhir. Tugasku sangatlah berat. Harapan mereka ada ditanganku, aku
takut mereka kecewa kepadaku dan aku lebih takut mereka pergi sebelum aku dapat
melihat senyuman di wajah mereka, senyuman paling berarti karna kesuksesanku.
Kalian tahu Taylor Swift? Terkadang khayalku berimajinasi
tentangnya. Aku pernah merangkai mimpi ingin seperti dia. Siapa yang tidak
kenal dengan wanita cantik yang satu ini. Terkadang aku ingin seperti wanita yang tergambar dalam novel roman yang punya ending cerita bahagia.
Hanya sebuah khayalan remaja yang sedang labil saja tapi
sungguh aku ingin mewujudkannya.
Kalian tahu aku sering sekali menjadi lelucon kawan
sebayaku, mungkin karna badanku yang sedikit gemuk dan wajahku yang bisa
dibilang pas-pasan bahkan dibawah rata-rata.
Pernah gak sih kalian merasakan diasingkan oleh teman-teman
yang kalian temukan setiap harinya? Yap aku dulu aku pernah mengalami hal itu. Sewaktu
aku duduk dibangku sekolah dasar aku bersekolah di sebuah sekolah swasta yang
di dalamnya terdapat banyak anak-anak yang cukup berada. Sedangkan aku? Aku hanya
seorang anak kecil yang dilahirkan dalam keluarga sederhana yang jauh dari
kesan glamor berbeda dengan mereka.
Aku pernah merasakan perasaan berbeda kepada lawan jenisku,
teman sebayaku dulu. Namun, saat itu usiaku masih sangat belia untuk mengenal
apa arti perasaan itu.
Aku takut.
Aku sadar siapa sih aku ini.
Aku hanya aku yang
sering menjadi seseorang yang mereka anggap tidak pantas disejajarkan dengan
mereka.
Dulu aku adalah sosok yang lemah.
Namun, setiap hari mamahku selalu mengajarkanku menjadi
perempuan yang kuat, perempuan yang gak cengeng, yang menghadapi caci dan maki
bukan dengan emosi tapi dengan hati.
Alhasil aku menjadi perempuan yang kuat dan tangguh.
Mereka yang dulu mengenalku sebagai sosok lemah karna aku hanya diam saat mereka puas menertawakanku itu salah. Diam bukan
berarti lemah atau kalah. Justru diam dapat menjadikan suasana jauh lebih baik
ketimbang harus membalasnya yang hanya menghabiskan waktu dan tenaga.
Seiring berjalannya waktu aku mulai tumbuh
menjadi pribadi yang kuat.
Tapi ternyata itu tidak berjalan lama.
Saat aku mulai remaja
aku mulai kembali mengagumi sosok yang mebuatku nyaman dan aman. Ternyata aku
salah. Dia hanyalah sosok yang tidak pantas untuk dikagumi.
Setelah perasaanku mulai hilang, aku tidak tahu mungkin dia
mengetahui perasaanku ini atau tidak.
Aku mulai sering menjadikanku lelucon yang secara tidak
langsung mengiris hatiku.
Kejadian dulu terulang kembali. Dia ternyata tidak berbeda
dengan kawan sebayaku dulu.
Saat mereka semua menertawakanku aku hanya diam.
Saat mereka semua merendahkanku aku juga hanya diam.
Aku hanya melemparkan senyum pada itu semua.
Mencoba kuat walau sebenarnya ingin sekali aku menangis.
Namun pernah aku berfikir dan bertanya pada cermin, apa aku
sebegitu hina nya?
Ingin sekali rasanya aku beri sedikit peringatan kepada
mereka dengan menamparnya, namun aku teringat perkataan mamahku untuk tidak
menghadapi caci dan maki dengan emosi melainkan dengan hati.
Aku mulai lelah.
Aku lelah menjadi bahan lelucon mereka.
Sungguh aku muak dengan tingkah mereka yang seperti itu.
Kalau aku tahu dia akan merasa terhina jika seorang
sepertiku suka padanya aku tidak ingin suka padanya.
Namun dari kisah-kisahku selama ini aku mengerti bahwa
kerasnya kehidupan itu ada banyak rasa, gak cuman manis, tapi juga ada
asem,kecut bahkan pait. Tapi aku tidak pernah menyesal telah mengerti dan
memahami betapa kerasnya realita hidup. Perjalananku masih sangatlah panjang,
aku terkadang takut kalau harus jatuh saat aku mulai lelah menopang diri dengan
beban yang menggunung tapi aku tahu Tuhan selalu ada. Dia tidak pernah
meninggalkan anak-anak-Nya sendirian<3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar